LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
ILMU
TANAMAN MAKANAN TERNAK
Pengelolaan
Tanaman Hijauan Makanan Ternak Dan
Perkecambahan
(Germinasi)
Disusun Oleh :
Kelompok
6 (Enam)
Kelas
3A2
Anggota
:
1.
DEVINA DIANTY OLIVIA (B1D014061)
2.
DHEA REGINA SEPTY AIDIN (B1D014065)
3.
DIANNUR WAHYU MARINI (B1D014067)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunianya, kami diberi
kesehatan dan kekuatan dalam penyusunan laporan ini sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Ilmu Tanaman Makanan Ternak ini tepat pada
waktunya.
Penyusunan Laporan Akhir Praktikum Ilmu Tanaman
Makanan Ternak ini merupakan sebagian syarat kelulusan mata kuliah Ilmu Tanaman
Makanan Ternak. Dalam praktikum ini dilakukannya Pengelolaan Tanaman hijauan
makanan ternak yaitu rumput serta melakukan germinasi atau daya perkecambahan. Dalam
germinasi kami menggunakan biji Sorgum (Shorgum
bicolor). Sementara pada praktikum pengelolaan tanaman hijaun pakan,
tanaman yang digunakan adalah 10 macam rumput.
Kami menyadari akan kekurangan dan kekhilafan dalam
penyusunan Laporan Akhir Praktikum Ilmu Tanaman Makanan Ternak ini. Untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangatlah kami harapkan demi
penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Akhir Praktikum Ilmu Tanaman
Makanan Ternak ini. Khususnya kepada para dosen mata kuliah Ilmu Tanaman
Makanan Ternak yang telah membantu melaksanakan praktikum dengan baik Semoga
laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Mataram,
Desember 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v
Acara I.
Pengelolaan Tanaman Hujauan Makanan Ternak......................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang......................................................................................
1.2. Tujuan
Praktikum..................................................................................
1.3. Manfaat
Praktikum...............................................................................
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA...........................................................................
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu
dan Tempat ..............................................................................
3.2. Materi
Praktikum..................................................................................
3.3. Metode
Praktikum................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Praktikum....................................................................................
4.2. Pembahasan
Praktikum.........................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...........................................................................................
5.2. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
Acara II.
Perkecambahan (Germinasi).....................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.4. Latar
Belakang......................................................................................
1.5. Tujuan
Praktikum..................................................................................
1.6. Manfaat
Praktikum...............................................................................
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA...........................................................................
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.4. Waktu
dan Tempat ..............................................................................
3.5. Materi
Praktikum..................................................................................
3.6. Metode
Praktikum................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3. Hasil
Praktikum....................................................................................
4.4. Pembahasan
Praktikum.........................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.3. Kesimpulan...........................................................................................
5.4. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN
ACARA I
PENGELOLAAN
TANAMAN HIJAUAN PAKAN
(RUMPUT)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rumput atau
hijauan merupakan kebutuhan pokok untuk ternak yang wajib terpenuhi, karena
hijauan merupakan makanan bagi ternak yang berperan sebagai faktor penunjang kelangsungan hidup ternak itu
sendiri. Kemajuan usaha peternakan membutuhkan keajuan usaha tani padang rumput
, karena rumput merupkan makanan termurah bagi ternak herbivore secara umum dan
ternak ruminansia pada khususnya .Makanan yang diberikan kepada ternak
herbivore umunya terdiri dari 70-90% hijauan 10-30%konsentrat sedang rumput
terdiri dari 60-80% dari total hijauan sedang yang lainnya adalah terdiri dari
rupa-rupa hijauan lain ,termasuk dedaunan .
Bertolak dari uraian diatas,maka
sangatlah perlu bagi mahasiswa Fakultas Peterrnakan untuk belajar mengelola
tanaman hijauan makanan ternak .Tujuan dari pengamatan ini juga tidak lepas dari untuk menambah ilmu
pengetahuan selain itu juga agar
mahasiswa dapt mengenal dari kararistik masing-masing rumput sebagai pakan
ternak diantaranya rumput ruzi, benggala, setaria, BH, Raja, rumput gajah,
mulato , bintang dan paspalum.
1.2
Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dan Kegunaan
dari praktikum ilmu makanan ternak yang telah dilakukan adalah agar
mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam memanejemen,
identifikasi jenis–jenis gramineae
dan leguminoceae serta pengelolaan tanaman makanan ternak sebagai bagian
dari usaha peternakan ruminansia secara keseluruhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Hijauan Pakan Ternak
Kebanyakan makanan ternak dapat di
kelompokkan menjadi dua jenis secara garis besar, yaitu hijauan dan konsentrat.
Hijauan
ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyakpada bahan keringnya.
Hijauaan dapat dibagi lagi menjadi hijauan kering dan hijauan segar, dimana
hijauan segar mengandung banyak air. Sumber terbanyak dari hijauan adalah
rumput-rumputan. (AAK,1983)
Secara teknis
diketahui bahwa ruminant mempunyai potensi biologis untuk dapat menggunakan
hijauan dengan baik sebagai bahan makanan utamanya. Hijauan terutama rumput
relative lebih mudah ditanam atau dipelihara ssehingga harga sumber energi
lebih murah dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya. Akan tetapi
di lain pihak, hewan dapat mengadaptasi diri terhadap berbagai keadaan
lingkungan termasuk pemeliharaan
intensif, apalagi dibantu dengan proses seleksi. (Pratomo,
1986)
Bahan makanan
menyediakan zat-zat makanan yang dapat digunakan untuk membangun dan
menggantikan bagian-bagian tubuh dan menciptakan hasil-hasi produksinya seperti
susu, telur, dan wol. Bahan makanan harus pula memberikan energi untuk
keperluan proses-proses tersebut. Setelah disapih sebagian besar dari ternak
memperoleh makanan dari tumbuh-tumbuhan. (Anggorodi, 2010)
Untuk
penyebaran rumput-rumput tropika dengan cara vegetatif, stek-stek batang
(misalnya rumput benggala dan gajah) dapat ditanam dengan yang sama seperti
pada tebu. Pada jenis-jenis yang membentuk rhizoma atau stolen dapat digunakan
potongan-potongan rhizoma atau stolen sebagai bahan penanaman dengan cara
ditaburkan di atas tanah kemudian dibenamkan ke dalam tanah dengan bajak.
(Suyitman ,2003)
Bahan makanan
adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Secara umum
dapat dikatakan bahwa makanan adalah bahan yang dapat dimakan. Rumput, hijauan
kering, bekatul dan produk olain adalah bahan makanan ternak, tetapi tidak
semua komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat diserap olel ternak. (Tillman, 1989)
B. Rumput-rumputan (Gramineae)
Rumput-rumputan dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu rumput unggul dan rumput lapangan. Termasuk rumput
unggul adalah rumput gajah, benggala, setaria, bede sedangkan yang termasuk
rumput lapangan adalah rumput kawat, rumput lamaran, rumput teki dan lain
sebagainya (Buletin Informasi Pertanian, 1982).
Rumput-rumputan
merambat cenderung tumbuh pada tepi dan diantara semak-semak dan tumbuhan
berkayu. Batangnya sering kali sangat tipis serta rapuh dan kemungkinan kasar.
Contoh khas dari tipe ini adalah rumput-rumput melinia, yaitu Andropeterum
stolziI, Hyparrheia cymbaria dan Ehrharta abyssinica. ( Mcilroy,
1997 )
Tanaman rumput
yang ditanam dengan bahan pols, bagian vegetatifnya harus dipotong. Hal ini
dimaksudkan agar tanaman baru ini tidak terlampau banyak penguapan sebelum
sistem perakarannya bisa aktif menyerap air dan setiap pols yang hendak di
tanam minimal terdiri atas 2-3 batang
rumput dan harus di ambil dari bagian rumput yang ada di tepi. ( AAK, 1993 )
Rumput
adalah tumbuhan yang kuat dan bisa tumbuh cepat. Padang rumput yang luas di
Afrika dinamakan sabana, di Australia dinamakan semak, di Amerika Utara
dinamakan prairie, di Amerika Selatan dinamakan pampas, dan di Asia di sebut
stepa (Civardi, 2003).
Hijauan yang hendak ditanam tentu saja menguntungkan sehingga harus memenuhi
produktivitas persatuan luas yang tinggi, nilai palabilitas yang baik, serta
beradaptasi baik dengan lingkungan.Sebagai contoh jenis rumput potong yang
memilki palabilitas yang baik adalah rumput gajah (Pennistum purpureum),
Setaria sphacelata, Panicum maximum, rumput gembala misalnya
African Star Grass (Sumarno,1998).
Rumput merupakan tumbuhan monokotil dengan siklus hidup annual dan perennial.Rumput
mempunyai sifat tumbuh yaitu dengan membentuk rumpun, tanaman dengan batang
merayap pada permukaan, tanaman horisontal tetapi batang tumbuh ke atas dan
rumput membelit (Soedomo, 2000).Bentuk rumput sederhana, perakaran silindris,
menyatu dengan batang, lembar daun berbentuk pelepah yang muncul pada buku-buku
dan melingkari batang (Reksohadiprodjo, 2000).
C. MACAM-MACAM
RUMPUT
1. Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum)
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman tahunan yang
membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 4,5 m. Rumput gajah sangat
disukai ternak, tahan kering dan tergolong rumput yang berproduksi tinggi
dengan produksi di daerah lembah atau dengan irigasi dapat mencapai lebih dari
290 ton rumput segar/ha/th (Mcllroy, 2000). Rumput gajah dapat hidup pada tanah
asam dengan ketinggian 0-3000 m dan dapat dipotong apabila rumput sudah
mencapai ketinggian 1 – 1,5 m (Reksohadiprodjo, 2000).
Rumput gajah berasal dari Afrika dan mempunyai kadar protein yaitu 9,5%
dari bahan keringnya (Soedomo, 2000). Pennisetum purpureum berproduksi
sekitar 150.000 kg/ha/th dan dapat dilakukan pemotongan setelah 50-60 hari dan
selanjutnya dilakukan 30-50 hari sekali. Panjang batang rumput mencapai 2,7 m
dengan buku dan kelopak berbulu, helai daun mempunyai panjang 30-90 cm dan
lebar 2,5 mm sedangkan lidah daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya
dengan panjang 3 mm (Sidrap,2011).
Rumput gajah banyak di jumpai di persawahan.Tingginya mencapai 5 m,
berbatang tebal dan keras, daun panjang, dan dapat berbunga seperti es lilin.
Kandungan rumput gajah terdiri atas; 19,9% bahan kering (BK), 10,2% protein
kasar (PK), 1,6% lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu, dan 42,3% bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) (AAK. 1993). Jarak tanamnya bervariasi 60 x 75 cm,
60 x 100 cm, 50 x 100 cm, 75 x 100 cm dan lain sebagainya. Produksi rata-rata
sekitar 250 ton/ha/thn. Rumput ini berumur panjang, tumbuh membentuk rumpun,
batang tegak (Lubis, 1992).
Sebagai hijauan segar, surplus produksi rumput gajah juga dapat digunakan
sebagai cadangan pakan dalam bentuk kering ataupun fermentasi dengan metoda
silase setelah terlebih dahulu di cacah. Rumput gajah semuanya merupakan
introduksi dan bukan jenis rumput lokal. Namun karena memang bentuknya yang
satu sama lain sangat mirip, agak sulit membedakannya. Pada daun muda, pangkal
daunnya memiliki bercak - bercak berwarna hijau muda (Lubis, 1992).Rumput gajah
adalah tanaman tahunan, tumbuh tegak, mempunyai perakaran dalam dan berkembang
dengan rhizoma untuk membentuk rumpun (Kartadisastra, 2001).
2.1.2.
Rumput Raja (Pennisetum purpupoides)
Rumput rajamerupakan tanaman persilangan antara P. purpureum dan P. thypoides yang berasal
dari Afrika selatan. Rumput ini memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun
dengan warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, tulang
daun lebih putih dari rumput gajah. Adaptasinya mampu tumbuh pada struktur
tanah sedang sampai berat, tidak tahan terhadap genangan air serta permukaan
air tanah yang tinggi, tahan naungan, tidak tahan terhadap penggembalaan berat
dan pemotongan dilakukan pada tahun kedua (Rukmana, 2005). Siklus hidup perenial, tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 5
m, daya adaptasi baik pada daerah tropis dengan irigasi yang baik (Amara et al.,
2000). Rumput raja dapat ditanam dengan stek batang maupun
sobekan rumpun (pols). Stek dipotong sepanjang 25-30 cm atau mempunyai ruas
batang, batang pols dapat diambil dari tanaman muda (Kartadisastra,1997).
Rumput raja mempunyai karakteristik
tumbuh tegak berumpun-rumpun, ketinggian dapat mencapai kurang lebih 4 m,
batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada
daun helaian dekat liguna. Permukaan daun luas dan tidak berbunga kecuali jika
di tanam di daerah yang dingin (Sutopo, 2000). Rumput raja dapat di tanam di
daeah yang subur di dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan curah hujan
tahunan lebih dari 1.000 mm. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari
produksi rumput gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali
panen atau setara 200-250 ton rumput segar/hektar/tahun. Mutu hijauan rumput
raja lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah Hawai ataupun rumput Afrika
(Susetyo, 2001).
2.1.3.
Rumput Setaria (Setaria spachelata)
Rumput setaria (Setaria sphacelata)merupakan salah satu jenis rumput
yang berasal dari Afrika tropik dan dapat diperbanyak dengan cara pols dan biji
(Mcllroy, 2000). Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, kuat, tinggi
dapat mencapai 2 m, berdaun halus pada bagian permukaan, daun lebar berwarna
hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, pangkal batang
pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas (Kartadisastra,1997).
Rumput setaria sesuai untuk daerah tropik lembab, tumbuh membentuk rumpun lebat
dan kuat, tumbuh baik pada ketinggian 1000-3000 m di atas permukaan air laut,
tahan naungan dan genangan, rumput setaria dapat mencapai tinggi 1,5 m,
responsif terhadap pupuk N dan produksinya berkisar antara 60-100 ton/ha/th
(Soegiri, et al., 1992). Rumput setaria sangat cocok di tanam di tanah
yang mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah hujan tahunan 750 mm atau
lebih, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, dan tahan terhadap genangan air.
Pembiakan dapat di lakukan dengan memisahkan rumpun dan menanamnya dengan jarak
60 x 60 cm (Sutopo, 2000).
Pemupukan di lakukan pada tanaman berumur kurang lebih dua minggu, dengan pupuk
urea 100 kg/hektar lahan, dan sebulan sekali di tambah dengan 100 kg urea/hekt
(AAK. 2003). Produksi hijauan rumput setaria dapat mencapai 100 ton rumput
segar/hektar/tahun. Komposisi rumput setaria (dasar bahan kering) terdiri atas;
abu 11,5%, ekstrak eter (EE) 2,8%, serat kasar (SK) 32,5%, bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) 44,8%, protein ksar (PK) 8,3% dan total digestible nutrients
(TDN) 52,88%, (Sumarno, 1998).
2.1.4.
Rumput Brachiaria (Bhachria Brizantha)
Brachiaria brizantha berasal dari
Afrika.Rumput Brachiaria brizantha adalah menggunakan pols, hidup
ditanah struktur tanah ringan, sedang sampai berat.Brachiaria brizantha
dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi, ketinggian 0 - 1200 m,
curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun. Brachiaria brizantha ditanam
pada jarak tanam 40 x 40 cm atau 30 x 30 cm, tergantung pada kesuburan tanah
(Sutopo, 2000). Brachiaria brizantha termasuk rumput yang berumur
panjang, pertumbuhannya membentuk hamparan vertikal dan horizontal yang
biasanya mencapai tinggi 60-150 cm. Batang dan daunnya kaku serta kasar, rumput
brachiariabrizantha baik digunakan sebagai rumput hay karena batangnya
kecil sehingga mudah menjadi kering (Susilo, 2001). Brachiaria brizantha bersifat
perennial, tumbuh membentuk hamparan.Batang beruas pendek berwarna merah tua
kekuningan sampai keunguan.Daun lebar berbulu halus, tidak tahan injakan karena
perakannya luas tapi dangkal (Reksohadiprodjo, 1985).Tumbuh pada ketinggian
0–1000 m dpl dan tumbuh baik pada berbagai jenis tanah.Rumput ini bersifat
kurang tahan terhadap kekeringan sehingga memerlukan drainase yang
baik.Responsif terhadap pupuk N dengan pH tanah yang dibutuhkan 6–7 (Siregar,
2002).
2.1.5.
Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Rumput signal memiliki cirri sebagai
tanaman rumput gembalaan yang tumbuh menjalar dengan stolon membentuk hamparan
lebat yang tingginya sekitar 30-45 cm, memiliki daun kaku dan pendek dengan
ujung daun yang runcing, mudah berbunga dan bunga berbentuk seperti bendera
Sutopo (2000). Jenis rumput ini tumbuh baik pada kondisi curah hujan 1000-1500
mm/tahun dan merupakan jenis rumput penggembalaan terbaik di Kongo(Tillman, 1991).
BAB
III
MATERI
DAN METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum
Hijauan Makanan Ternnak tentang Pengelolaan Tanaman Hijauan Pakan ini
dilaksanakan pada Hari Minggu , 11 Oktober 2015 ,Bertempat di Fakultas
Peternakan Universitas Mataram .
3.2 Materi
Praktikum
3.2.1 Alat Praktikum
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1.
Alat tulis
2.
Polybag
3.
Pisau
4.
Gunting
3.2.2 Bahan
Praktikum
1.Rumput
, antara lain :
·
Rumput Gajah
·
Rumput Raja
·
Rumput mulato
·
Rumput paspalum
·
Rumput setaria
·
Rumput Benggala
·
Rumput Bintang
·
Rumput BH
·
Rumput Ruzi
2.
Air , sebagai sumber unsure hara
3.
Tanah , sebagai media tanam
4.
Pupuk , sebagai unsure untuk mempercepat pertumbuhan
3.2.3 Metode
Praktikum
Adapun
metode yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mempersiapkan
alat dan bahan praktikum
2. Mempersiapkan
media tumbuh yang optimal bagi tanaman hijauan
3. Mengambil
bibit tanaman rumput dengan pools (anakan)
4. Menanam
10 pools rumput di dalam masing-masing polybag yang sudah berisi tanah subur
5. Meletakkan
semua polybag yang telah berisis rumput di tempat yang teduh
6. Menyiram
rumput setiap hari dan mencatat prtumbuhan setiap minggunya
DAFTAR
PUSTAKA
AAK.
1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta:
Yayasan Kanisius.
Anggorodi.
2010. Hijauan Pakan Ternak. http://ilmuternakkita.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 06 Desember 2015
Akoso,
B.T. 1996. Kesehatan Sapi. Yogyakarta: Kanisius.
Edo.
Hijauan Makanan Ternak. http://ediskoe.blogspot.com/?expref=next-blog. 2012.
Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Indoagro.
2011. Hijauan Pakan Ternak. http://indoagrow.wordpress.com/.
Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Kartadisastra,
H.R. 1997.Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi,
Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta: Kanisius. .
Pratomo,
B. 1986.Cara Menyusun Ransum Ternak. Yogyakarta:
Poultry Indonesia.
Reksohadiprodjo.2011.JenisPakanTernak.http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/
. Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Siregar,
S.B. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Sumarno,
B. 1994. Penuntun Hijauan Makanan Ternak. Jawa Tengah: Inspektorat/
Dinas Peternakan Jawa Tengah.
Suyitman,
dkk. 2003. Agrostologi. Padang: Fakultas Peternakan
Universitas Andalas.
Tillman,
A.D. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
ACARA
II
PERKECAMBAHAN
(GERMINASI)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan
dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan,
karena prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses
pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak
dapat kembali ke bentuk semula. Perkembangan adalah peristiwa perubahan
biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan
perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.
Germinasi/
perkecambahan merupakan proses metabolisme biji hingga dapat mengahsasilkan
pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikula). Definisi
perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya yaitu,
plumula dan radikula tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
ISTA (International Seed Testing Association).
a)
Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal) tipe ini terjadi,
jika plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah, contoh:
perkecambahan kacang hijau (Vigna radiata).
b)
Tipe perkecambahan di bawah tanah (Hipogeal) tipe ini terjadi,
jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam
tanah. Contoh: Perkecambahan sorgum (Shorgum bicolor)
Biasanya aktivitas
perkecambahan ditunjukkan oleh tumbuhan-tumbuhan yang berbiji. Tumbuhan
berbiji atau Spermatophyta (Yunani, sperma=biji ,
phyton=tumbuhan) merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas, yaitu
adanya suatu organ yang berupa biji. Biji merupakan bagian yang berasal dari
bakal biji dan di dalamnya mengandung calon individu baru, yaitu lembaga.
Lembaga akan terjadi setelah terjadi penyer bukan atau persarian yang diikuti
oleh pembuahan.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana cara melakukan
perkecambahan dengan media tanam dari tissue dan nampan serta uji perkecambahan
pada praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui persentase
daya tumbuh dari benih
2. Kecepatan
berkecambah/indeks vigor + VJ dari benih
3. Koefisien Vigor (VJ)
dari benih
1.3 Kegunaan Praktikum
Setelah melakukan
praktikum perkecambahan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan perkecambahan
sendiri dengan media sederhana seperti perkecambahan dengan menggunakan nampan
dan tissue sehingga mendapatkan gambaran pertumbuhan benih dengan mendekati
kenyataan di lapangan, agar kebutuhan benih untuk luas lahan penanaman tertentu
dapat ditentukan sebelum penanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan merupakan
serangkaian proses penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang
sedang tumbuh (Setyati, 1996). Daya kecambah benih adalah mekar dan
berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan
kemampuan untuk tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai (Kartasapoetra,
1989). Daya kecambah benih meningkat dengan bertambah tuanya biji sampai masak
fisiologis biji tercapai (Kamil, 1983).
Perkecambahan diawali dengan
penyerapan air dari lingkungan
sekitar biji, baik tanah,
udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran
biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air
dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air.
Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji
melunak. Proses ini murni fisik (Kartasapoetra,1989).
Tipe perkecambahan benih ada dua
macam yaitu hipogeal dan epigeal. Pada tipe kecambah hipogeal, kotiledon tetap
tinggal di tanah, sedangkan pada tipe kecambah epigeal kotiledon terangkat
keatas (Kartasapoetra, 1989). Biji legum termasuk tipe kecambah epigeal dimana
kotiledonnya ikut terangkat ke permukaan tanah. Hal itu disebabkan karena
pertumbuhan dan perpanjangan hipokotil kearah bawah tertambat ke tanah dengan
akar-akar lateral. Hipokotil membengkok, bergeser dan muncul ke permukaan tanah
(Sutopo, 1988).
Proses perkecambahan benih
meliputi lima tahapan. Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses
penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma.
Tahap kedua yaitu kegiatan sel-sel dan naiknya tingkat respirasi benih. Tahap
ketiga adalah penguraian bahan-bahan seperti protein, karbohidrat dan lemak
menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh.
Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan didaerah
meristemmatik yang menghasilkan energi untuk kegiatan pembentukkan komponen dan
pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Sutopo, 1988).
Faktor yang mempengaruhi
perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam
meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat
perkecambahan, Sedangkan faktor dari luar adalah air, temperatur, oksigen,
cahaya dan media yang digunakan (Sutopo, 1988).
Kemampuan benih untuk tumbuh
normal pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan disebut vigor benih
(Sutopo, 1988). Bila benih berkemampuan tinggi menghasilkan tanaman normal pada
kondisi tersebut maka benih itu mempunyai vigor yang tinggi. Benih bervigor
tinggi jika prosentase vigor lebih dari 70% (Sadjad, 1994).
Umumnya kenormalan benih
ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar primer,
akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon, dan daun pertama yang tumbuh pada
kotiledon atau koleoptil dan daun pertama yang tumbuh didalamnya (Sadjad,
1994).
Kriteria kecambah yang normal
adalah kecambah yang mempunyai akar primer dan minimal mempunyai 2 akar
seminal, hipokotil berkembang dengan baik tanpa ada kerusakan, pertumbuhan
plumula sempurna, memiliki 2 kotiledon bagi tanaman dikotil. Adapun kekurangan
lain yang masih dapat diterima untuk dinyatakan sebagai kecambah normal adalah
hipokotil boleh sedikit rusak asal jaringan penting tidak terganggu fungsinya,
dan mempunyai satu kotiledon untuk dikotil (Sutopo, 1988).
Kriteria
kecambah yang abnormal adalah kecambah yang tidak mempunyai akar primer,
jaringan hipokotil banyak yang rusak sehingga mengganggu pertumbuhan, tidak
mempunyai kotiledon bagi tanaman dikotil, plumula berputar dan hipokotil
membengkok (Kamil, 1983).
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
3.1.1. Waktu
Praktikum
Adapun praktikum ilmu
tanaman makanan ternak tentang perkecambahan ini dilakukan pada hari Kamis, 15
Oktober 2015
3.1.2. Tempat
Praktikum
Adapun praktikum ilmu
tanaman makanan ternak tentang perkecambahan ini diadakan di Laboratorium
Hijauan dan Manejemen Padang Pengembalaan Lantai 2 gedung D Fakultas Peternakan
Universitas Mataram.
3.2. Materi Praktikum
3.2.1. Alat-alat:
· Nampan
· Alat
tulis
· Gelas
Pelastik
· Mangkok
besi
3.2.2. Bahan:
· Biji
Sorgum (Shorgum bicolor)
· Air
biasa dan hangat
· Tissu
3.3. Metode Praktikum
Adapun metode yang dilakukan dalam
praktikum perkecambahan ini yaitu:
1. Menyiapkan
biji sorgum sebanyak 300 biji yang dibagi kedalam 3 buah nampan.
2. Menyiapkan
media tanam berupa tissue yang telah diberikan tanda berupa baris dan lajur
untuk memberikan tanda pada biji.
3. Memberikan
perlakuan pada biji dengan cara 100 biji direndam dengan air hangat selama 15
menit dan 100 biji lain direndam dengan air biasa selama 30 menit serta 100
biji selanjutnya tidak diberikan perlakuan apa-apa.
4. Membasahi
media tanam dengan air secukupnya yang telah diletakkan pada nampan.
5. Meletakkan
biji pada media tanam sesuai dengan jarak yang telah diatur sebelumnya.
6. Menyemprotkan
biji dengan air hingga seluruh biji basah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
(Tabel 1. pengamatan biji sorgum dengan
perlakuan direndam air hangat)
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Jumlah
Biji yang Tumbuh
|
Gambar
|
|
Ke
|
Tanggal
|
|||
Direndam
air hangat
|
1
|
Jumat, 16
Oktober 2015
|
0
|
|
2
|
Sabtu, 17
Oktober 2015
|
2
|
|
|
3
|
Minggu, 18
Oktober 2015
|
10
|
|
|
4
|
Senin, 19
Oktober 2015
|
63
|
|
|
5
|
Rabu, 21
Oktober 2015
|
70
|
|
|
6
|
Kamis, 22
Oktober 2015
|
92
|
|
|
|
7
|
Minggu, 25
Oktober 2015
|
92
|
|
|
8
|
Senin, 26
Oktober 2015
|
92
|
|
(Tabel 2. pengamatan biji sorgum dengan perlakuan
direndam air biasa)
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Jumlah
Tanaman yang Tumbuh
|
Gambar
|
|
Ke
|
Tanggal
|
|||
Direndam
air biasa
|
1
|
Jumat, 16
Oktober 2015
|
0
|
|
2
|
Sabtu, 17
Oktober 2015
|
6
|
|
|
3
|
Minggu, 18
Oktober 2015
|
7
|
|
|
4
|
Senin, 19
Oktober 2015
|
27
|
|
|
5
|
Rabu, 21
Oktober 2015
|
50
|
|
|
6
|
Kamis, 22
Oktober 2015
|
70
|
|
|
|
7
|
Minggu, 25
Oktober 2015
|
82
|
|
|
8
|
Senin, 26
Oktober 2015
|
82
|
|
(Tabel
3. pengamatan biji sorgum tanpa perlakuan)
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Jumlah
Tanaman yang Tumbuh
|
Gambar
|
|
Ke
|
Tanggal
|
|||
Tanpa
perlakuan
|
1
|
Jumat, 16
Oktober 2015
|
0
|
|
2
|
Sabtu, 17
Oktober 2015
|
4
|
|
|
3
|
Minggu, 18
Oktober 2015
|
9
|
|
|
4
|
Senin, 19
Oktober 2015
|
15
|
|
|
5
|
Rabu, 21
Oktober 2015
|
35
|
|
|
6
|
Kamis, 22
Oktober 2015
|
72
|
|
|
|
7
|
Minggu, 25
Oktober 2015
|
79
|
|
|
8
|
Senin, 26
Oktober 2015
|
79
|
|
Tabel 4. Tabel Persentase Daya Tumbuh Biji
Hari
ke-
|
Pertumbuhan
Biji
|
|||||
Tanpa
Perlakuan
|
Direndam
Air Hangat
|
Direndam
Air Biasa
|
||||
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
4
|
4
|
2
|
2
|
6
|
6
|
4
|
9
|
9
|
10
|
10
|
7
|
7
|
5
|
15
|
15
|
63
|
63
|
27
|
27
|
7
|
35
|
35
|
70
|
70
|
50
|
50
|
8
|
72
|
72
|
92
|
92
|
70
|
70
|
11
|
79
|
79
|
92
|
92
|
82
|
82
|
12
|
79
|
79
|
92
|
92
|
82
|
82
|
Tabel 5. Indeks Vigor
dan Koefisien Vigor
Perlakuan
|
VJ
(Indeks Vigor)
|
CV
(Coefisien Vigor)
|
Tanpa Perlakuan
|
34,348
|
10,6
|
Direndam Air Hangat
|
53,296
|
11,36
|
Direndam Air Biasa
|
39,33
|
10,83
|
4.2. Pembahasan Praktikum
Dalam kegiatan praktikum germinasi ini
menggunakan biji Sorgum untuk menghitung persentase daya perkecambahannya.
Diberikan tiga macam perlakuan pada biji yaitu dengan cara direndam dengan air
hangat selama 30 menit, direndam air biasa selama 30 menit dan tidak diberi
perlakuan apapun
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan
hasil bahwa setiap perlakuan memiliki persentase pertumbuhan yang berbeda-beda.
Perlakuan pertama yaitu dengan cara merendam biji dengan air hangat memiliki
persentase yang paling tinggi yaitu 92% kemudian disusul dengan perlakuan
menggunakan rendaman air biasa 82% dan yang paling rendah persentase tumbuhnya
adalah tanpa diberi perlakuan 79%. Hal ini disebabkan karena perendaman dengan
air hangat mampu mengikis dinding sel dari biji sorgum yang berada dalam
keadaan dormansi dan memudahkan proses proses perkecambahan sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
Perlakuan kedua yaitu dengan direndam dalam air biasa selama
30 menit. Perendaman aquades bertujuan perpindahan secara osmotik. Perpindahan
osmotik ini terjadi akibat adanya perbedaan potensial air, yaitu dari potensial
air yang tinggi ke potensial air yang rendah. Perlakuan merendam biji di dalam
air yaitu mengkondisikan daerah di luar biji potensial airnya tinggi, sedangkan
potensial air di dalam biji sendiri rendah. Maka akan terjadi perpindahan osmosis dari potensial air
tinggi ke potensial rendah. Perpindahan ini akan mengakibatkan lapisan kulit
biji yang bersifat keras akan lembek, sehingga yang semula biji tidak bisa
berkecambah akibat terhalang lapisan kulit biji yang keras akan bisa melakukan
fase differensiasi dan fase tumbuh. Perkecambahan biji tergantung pada
imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang
kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit
pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan
biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna
bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan
nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh .
Sedangkan
yang terakhir tidak diberi perlakuan apapun (dalam keadaan apa adanya) sehingga
menyebabkan pertumbuhan biji dengan metode ini paling sedikit yaitu hanya 79%
dari jumlah biji yang ditanam.
Adapun faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan benih dibagi menjadi dua yaitu faktor dalam dan faktor luar.
a. Faktor
dalam
1. Tingkat
kemasakan biji
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemaakan fisiloginya tercapai
tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman biji yang
demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkat demikian benih belum
memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum
sempurna.
2. Ukuran
biji
Didaam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat,
protein, lemak, dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan
baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga benih yang
berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak
dibandingkan dengan biji yang berukuran kecil
3. Dormansi
Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable
( hidup ) tetapi tidak mampu berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan
lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormasi ini
dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, trgantung pada
jenis benih dan tipe dormansinya.
Dormansi dapat disebabkan beberapa faktor anara lain impermebealitas kulit biji
baik terhadap air atau gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap
pengaruh mekanis, embrio yang redimenter, “after ripening”, dormansi sekunder
dan bahan-bahan penghambat perkecamahan.
4. Penghambat
perkecambahan
Banyak zat-zat yang
diketahui dapat menghambat perkecambahan benih, yang dikenal antara lain arutan
dengan tingkatosmotik tinggi, misalnya larutan mannitol, larutan NaCl,
herbisida, coumarin, auxin dan bahan lainnya.
b. Faktor
luar
1. Air
Air merupakan salah satu syarat pentin bagi berlangsungnya roses
perkecambahan benih. Dua faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih
adalah sifat daribenih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air
yang terdapat disekitar medium. Untuk menjaga kelembaban dalam kegiatan
praktikum dilakukan penyiraman selama tiga kali sehari yaitu pada waktu pagi,
siang dan sore.
2. Cahaya
Kebutuhan cahaya setiap benih berbeda-beda
tergantung jenis tanamannya. Namun pada umumnyacahya dibutuhkan dalm proses
foto sintesis untuk memproduksi cadangan makanan yang dbutuhkan selama roses
perkecambahan berlangsung. Kegiatan praktikum sekaligus pengamatan dilakukan
pada ruang yang tembus cahaya sehingga selama proses perkecambahan benih tetap
mendapat asupan cahya yang cukup.
3. Medium
Medium
yang baik untuk perkecambahn benih haruslah mempunyai sifat fisik yang baik,
gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab
penyakit, terutama cendawan “damping off”. Dalam kegiatan praktikum
yangdigunakan sebagai medium adalah tissue karena isue mempunya kemampuan
menahan air yang cukup baik untuk perkecambahan.
Dalam kegiatan pengamatan
ditemukan adanya beberapa biji yang sudah tumbuh namun mengalami pembusukan hal
ini di duga karena penyiraman yang terlambat dilakukan sehingga biji tersebut
tidak mendapat asupan air yang cukup sehingga menyebabkan kebusukan. Adapun
biji-biji yang tidak bisa tumbuh di diga karena kualitas dari biji tersebut sudah
tidak memungkinkan untuk tumbuh lagi.
Indeks Vigor merupakan kecepatan
berkecambah. Yang dimaksud dalam hal ini yaitu jumlah benih yang berkecambah
pada interval satu hari setelah dikecambahkan. Dari hasil perhitungan
didapatkan hasil yaitu VJ yang terbesar pada perlakuan direndam dengan air
hangat sebesar 53,296 sedangkan Koefisien Vigornya (CV) sebesar 10,6%.
Sementara itu perlakuan direndam dengan air biasa VJ sebesar 39,33 dengan CV
sebesar 10,83%. Yang terakhir yaitu tanpa perlakuan hasil VJ nya sebesar 34,348
dengan CV sebesar 10,6%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
dapat diambil dari pelaksanaan praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Persentase
perkecambahan biji sorgum dari perlakuan direndam dengan air hangat, direndam
air biasa dan tanpa perlakuan secara berurutan yaitu 92%, 82%, dan 79%.
2. Indeks
Vigor yang terbesar yaitu dengan perlakuan direndam dengan air hangat yaitu
sebesar 53,296 dengan Koefisiem Vigor yaitu 11,36%
3. Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan biji dibagi menjadi dua yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Yang termasuk faktor dalam adalah
tngkat kemasakan biji, ukuran biji, dormansi dan penghambat
perkecambahan. Sedangkan yang tergolong kedalam faktor luar adalah air, cahaya
dsn medium.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat
kami berikan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu sebaiknya para praktikan
melengkapi data-data nya dengan baik dengan cara melakukan pengamatan yang
rutin sehingga dalam proses pengumpulan data menjadi mudah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous. 2010. Glysine Max. http://www.indonesia.tropicalforages.info (Diakses pada hari Selasa tanggal 6 Desember 2015 pukul 18.30 WITA).
Kamil, M. 1983. Tingkat Kesuburan Tanah untuk Pertanian
Tropika. CV Rajawali, Jakarta.
Kartasapoetra. 1989. Teknik Benih. PT Bina Angkasa, Jakarta.
Sadjad, S.D. 1994. Teknologi Pembenihan Hijauan. PT
Angkasa, Bandung.
Setyati, S.H. 1996. Pengantar
Agronomi. Departemen Agronomi, Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.
Wahyu M.Q. 1991. Pengantar Ilmu Makanan Ternak. Angkasa,
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar