Sabtu, 27 Agustus 2016

Laporan Praktikum Hijauan Makanan Ternak



LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN MAKANAN TERNAK
Pengelolaan Tanaman Hijauan Makanan Ternak  Dan
Perkecambahan (Germinasi)

Disusun Oleh :

Kelompok 6 (Enam)
Kelas 3A2
Anggota :
1. DEVINA DIANTY OLIVIA                       (B1D014061)

2. DHEA REGINA SEPTY AIDIN               (B1D014065)

3. DIANNUR WAHYU MARINI                  (B1D014067)



FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunianya, kami  diberi kesehatan dan kekuatan dalam penyusunan laporan ini sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Ilmu Tanaman Makanan Ternak ini tepat pada waktunya.    
Penyusunan Laporan Akhir Praktikum Ilmu Tanaman Makanan Ternak ini merupakan sebagian syarat kelulusan mata kuliah Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Dalam praktikum ini dilakukannya Pengelolaan Tanaman hijauan makanan ternak yaitu rumput serta melakukan germinasi atau daya perkecambahan. Dalam germinasi kami menggunakan biji Sorgum (Shorgum bicolor). Sementara pada praktikum pengelolaan tanaman hijaun pakan, tanaman yang digunakan adalah 10 macam rumput.
Kami menyadari akan kekurangan dan kekhilafan dalam penyusunan Laporan Akhir Praktikum Ilmu Tanaman Makanan Ternak ini. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangatlah kami harapkan demi penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Akhir Praktikum Ilmu Tanaman Makanan Ternak ini. Khususnya kepada para dosen mata kuliah Ilmu Tanaman Makanan Ternak yang telah membantu melaksanakan praktikum dengan baik Semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin

                                                                                    Mataram, Desember 2015

                                                                                                              Penyusun

 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................   i
KATA PENGANTAR............................................................................................   ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................   iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................   iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................   v
Acara I. Pengelolaan Tanaman Hujauan Makanan Ternak......................................  
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang......................................................................................   
1.2.   Tujuan Praktikum..................................................................................
1.3.   Manfaat Praktikum...............................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................  
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1.   Waktu dan Tempat ..............................................................................
3.2.   Materi Praktikum..................................................................................
3.3.   Metode Praktikum................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil Praktikum....................................................................................
4.2.   Pembahasan Praktikum.........................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.   Kesimpulan...........................................................................................
5.2.   Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

Acara II. Perkecambahan (Germinasi).....................................................................  
BAB I. PENDAHULUAN
1.4.   Latar Belakang......................................................................................   
1.5.   Tujuan Praktikum..................................................................................
1.6.   Manfaat Praktikum...............................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................  
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.4.   Waktu dan Tempat ..............................................................................
3.5.   Materi Praktikum..................................................................................
3.6.   Metode Praktikum................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3.   Hasil Praktikum....................................................................................
4.4.   Pembahasan Praktikum.........................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.3.   Kesimpulan...........................................................................................
5.4.   Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN   



ACARA I
PENGELOLAAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN
(RUMPUT)


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1                              Latar Belakang
Rumput atau hijauan merupakan kebutuhan pokok untuk ternak yang wajib terpenuhi, karena hijauan merupakan makanan bagi ternak yang berperan sebagai faktor penunjang kelangsungan hidup ternak itu sendiri. Kemajuan usaha peternakan membutuhkan keajuan usaha tani padang rumput , karena rumput merupkan makanan termurah bagi ternak herbivore secara umum dan ternak ruminansia pada khususnya .Makanan yang diberikan kepada ternak herbivore umunya terdiri dari 70-90% hijauan 10-30%konsentrat sedang rumput terdiri dari 60-80% dari total hijauan sedang yang lainnya adalah terdiri dari rupa-rupa hijauan lain ,termasuk dedaunan .
Bertolak dari uraian diatas,maka sangatlah perlu bagi mahasiswa Fakultas Peterrnakan untuk belajar mengelola tanaman hijauan makanan ternak .Tujuan dari pengamatan ini juga tidak lepas dari untuk menambah ilmu pengetahuan selain itu juga agar mahasiswa dapt mengenal dari kararistik masing-masing rumput sebagai pakan ternak diantaranya rumput ruzi, benggala, setaria, BH, Raja, rumput gajah, mulato , bintang dan paspalum.

1.2         Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dan Kegunaan  dari praktikum ilmu makanan ternak yang telah dilakukan adalah agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam memanejemen, identifikasi  jenis–jenis gramineae dan leguminoceae serta pengelolaan tanaman makanan ternak sebagai bagian dari usaha peternakan ruminansia secara keseluruhan





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Hijauan Pakan Ternak
Kebanyakan makanan ternak dapat di kelompokkan menjadi dua jenis secara garis besar, yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyakpada bahan keringnya. Hijauaan dapat dibagi lagi menjadi hijauan kering dan hijauan segar, dimana hijauan segar mengandung banyak air. Sumber terbanyak dari hijauan adalah rumput-rumputan. (AAK,1983)
Secara teknis diketahui bahwa ruminant mempunyai potensi biologis untuk dapat menggunakan hijauan dengan baik sebagai bahan makanan utamanya. Hijauan terutama rumput relative lebih mudah ditanam atau dipelihara ssehingga harga sumber energi lebih murah dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya. Akan tetapi di lain pihak, hewan dapat mengadaptasi diri terhadap berbagai keadaan lingkungan termasuk pemeliharaan  intensif, apalagi dibantu dengan proses seleksi. (Pratomo, 1986)
Bahan makanan menyediakan zat-zat makanan yang dapat digunakan untuk membangun dan menggantikan bagian-bagian tubuh dan menciptakan hasil-hasi produksinya seperti susu, telur, dan wol. Bahan makanan harus pula memberikan energi untuk keperluan proses-proses tersebut. Setelah disapih sebagian besar dari ternak memperoleh makanan dari tumbuh-tumbuhan. (Anggorodi, 2010)
Untuk penyebaran rumput-rumput tropika dengan cara vegetatif, stek-stek batang (misalnya rumput benggala dan gajah) dapat ditanam dengan yang sama seperti pada tebu. Pada jenis-jenis yang membentuk rhizoma atau stolen dapat digunakan potongan-potongan rhizoma atau stolen sebagai bahan penanaman dengan cara ditaburkan di atas tanah kemudian dibenamkan ke dalam tanah dengan bajak. (Suyitman ,2003)
Bahan makanan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Secara umum dapat dikatakan bahwa makanan adalah bahan yang dapat dimakan. Rumput, hijauan kering, bekatul dan produk olain adalah bahan makanan ternak, tetapi tidak semua komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat diserap olel ternak. (Tillman, 1989)

B.     Rumput-rumputan (Gramineae)
Rumput-rumputan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu rumput unggul dan rumput lapangan. Termasuk rumput unggul adalah rumput gajah, benggala, setaria, bede sedangkan yang termasuk rumput lapangan adalah rumput kawat, rumput lamaran, rumput teki dan lain sebagainya (Buletin Informasi Pertanian, 1982).
Rumput-rumputan merambat cenderung tumbuh pada tepi dan diantara semak-semak dan tumbuhan berkayu. Batangnya sering kali sangat tipis serta rapuh dan kemungkinan kasar. Contoh khas dari tipe ini adalah rumput-rumput melinia, yaitu Andropeterum stolziI, Hyparrheia cymbaria dan Ehrharta abyssinica. ( Mcilroy, 1997 )
Tanaman rumput yang ditanam dengan bahan pols, bagian vegetatifnya harus dipotong. Hal ini dimaksudkan agar tanaman baru ini tidak terlampau banyak penguapan sebelum sistem perakarannya bisa aktif menyerap air dan setiap pols yang hendak di tanam  minimal terdiri atas 2-3 batang rumput dan harus di ambil dari bagian rumput yang ada di tepi. ( AAK, 1993 )
Rumput adalah tumbuhan yang kuat dan bisa tumbuh cepat. Padang rumput yang luas di Afrika dinamakan sabana, di Australia dinamakan semak, di Amerika Utara dinamakan prairie, di Amerika Selatan dinamakan pampas, dan di Asia di sebut stepa (Civardi, 2003). Hijauan yang hendak ditanam tentu saja menguntungkan sehingga harus memenuhi produktivitas persatuan luas yang tinggi, nilai palabilitas yang baik, serta beradaptasi baik dengan lingkungan.Sebagai contoh jenis rumput potong yang memilki palabilitas yang baik adalah rumput gajah (Pennistum purpureum), Setaria sphacelata, Panicum maximum, rumput gembala misalnya African Star Grass (Sumarno,1998).
               Rumput merupakan tumbuhan monokotil dengan siklus hidup annual dan perennial.Rumput mempunyai sifat tumbuh yaitu dengan membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal tetapi batang tumbuh ke atas dan rumput membelit (Soedomo, 2000).Bentuk rumput sederhana, perakaran silindris, menyatu dengan batang, lembar daun berbentuk pelepah yang muncul pada buku-buku dan melingkari batang (Reksohadiprodjo, 2000).

C.        MACAM-MACAM RUMPUT
1.      Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
               Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman tahunan yang membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 4,5 m. Rumput gajah  sangat disukai ternak, tahan kering dan tergolong rumput yang berproduksi tinggi dengan produksi di daerah lembah atau dengan irigasi dapat mencapai lebih dari 290 ton rumput segar/ha/th (Mcllroy, 2000). Rumput gajah dapat hidup pada tanah asam dengan ketinggian 0-3000 m dan dapat dipotong apabila rumput sudah mencapai ketinggian 1 – 1,5 m (Reksohadiprodjo, 2000).
               Rumput gajah berasal dari Afrika dan mempunyai  kadar protein yaitu 9,5% dari bahan keringnya (Soedomo, 2000). Pennisetum purpureum berproduksi sekitar 150.000 kg/ha/th dan dapat dilakukan pemotongan setelah 50-60 hari dan selanjutnya dilakukan 30-50 hari sekali. Panjang batang rumput mencapai 2,7 m dengan buku dan kelopak berbulu, helai daun mempunyai panjang 30-90 cm dan lebar 2,5 mm sedangkan lidah daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya dengan panjang 3 mm (Sidrap,2011).
               Rumput gajah banyak di jumpai di persawahan.Tingginya  mencapai 5 m, berbatang tebal dan keras, daun panjang, dan dapat berbunga seperti es lilin. Kandungan rumput gajah terdiri atas; 19,9% bahan kering (BK), 10,2% protein kasar (PK), 1,6% lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu, dan 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (AAK. 1993). Jarak tanamnya bervariasi 60 x 75 cm, 60 x 100 cm, 50 x 100 cm, 75 x 100 cm dan lain sebagainya. Produksi rata-rata sekitar 250 ton/ha/thn. Rumput ini berumur panjang, tumbuh membentuk rumpun, batang tegak (Lubis, 1992).
               Sebagai hijauan segar, surplus produksi rumput gajah juga dapat digunakan sebagai cadangan pakan dalam bentuk kering ataupun fermentasi dengan metoda silase setelah terlebih dahulu di cacah. Rumput gajah semuanya merupakan introduksi dan bukan jenis rumput lokal. Namun karena memang bentuknya yang satu sama lain sangat mirip, agak sulit membedakannya. Pada daun muda, pangkal daunnya memiliki bercak - bercak berwarna hijau muda (Lubis, 1992).Rumput gajah adalah tanaman tahunan, tumbuh tegak, mempunyai perakaran dalam dan berkembang dengan rhizoma untuk membentuk rumpun (Kartadisastra, 2001).

2.1.2.            Rumput Raja (Pennisetum purpupoides)

               Rumput rajamerupakan tanaman persilangan antara P. purpureum dan P. thypoides yang berasal dari Afrika selatan. Rumput ini memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun dengan warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, tulang daun lebih putih dari rumput gajah. Adaptasinya mampu tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat, tidak tahan terhadap genangan air serta permukaan air tanah yang tinggi, tahan naungan, tidak tahan terhadap penggembalaan berat dan pemotongan dilakukan pada tahun kedua (Rukmana, 2005). Siklus hidup perenial, tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 5 m, daya adaptasi baik pada daerah tropis dengan  irigasi yang baik (Amara et al., 2000). Rumput raja dapat ditanam dengan stek batang maupun sobekan rumpun (pols). Stek dipotong sepanjang 25-30 cm atau mempunyai ruas batang, batang pols dapat diambil dari tanaman muda (Kartadisastra,1997).
               Rumput raja mempunyai karakteristik tumbuh tegak berumpun-rumpun, ketinggian dapat mencapai kurang lebih 4 m, batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada daun helaian dekat liguna. Permukaan daun luas dan tidak berbunga kecuali jika di tanam di daerah yang dingin (Sutopo, 2000). Rumput raja dapat di tanam di daeah yang subur di dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan curah hujan tahunan lebih dari 1.000 mm. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali panen atau setara 200-250 ton rumput segar/hektar/tahun. Mutu hijauan rumput raja lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah Hawai ataupun rumput Afrika (Susetyo, 2001).
2.1.3.            Rumput Setaria (Setaria spachelata)
               Rumput setaria (Setaria sphacelata)merupakan salah satu jenis rumput yang berasal dari Afrika tropik dan dapat diperbanyak dengan cara pols dan biji (Mcllroy, 2000). Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, kuat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus pada bagian permukaan, daun lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas (Kartadisastra,1997).
               Rumput setaria sesuai untuk daerah tropik lembab, tumbuh membentuk rumpun lebat dan kuat, tumbuh baik pada ketinggian 1000-3000 m di atas permukaan air laut, tahan naungan dan genangan, rumput setaria dapat mencapai tinggi 1,5 m, responsif terhadap pupuk N dan produksinya berkisar antara 60-100 ton/ha/th (Soegiri, et al., 1992). Rumput setaria sangat cocok di tanam di tanah yang mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah hujan tahunan 750 mm atau lebih, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, dan tahan terhadap genangan air. Pembiakan dapat di lakukan dengan memisahkan rumpun dan menanamnya dengan jarak 60 x 60 cm (Sutopo, 2000).
               Pemupukan di lakukan pada tanaman berumur kurang lebih dua minggu, dengan pupuk urea 100 kg/hektar lahan, dan sebulan sekali di tambah dengan 100 kg urea/hekt (AAK. 2003). Produksi hijauan rumput setaria dapat mencapai 100 ton rumput segar/hektar/tahun. Komposisi rumput setaria (dasar bahan kering) terdiri atas; abu 11,5%, ekstrak eter (EE) 2,8%, serat kasar (SK) 32,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 44,8%, protein ksar (PK) 8,3% dan total digestible nutrients (TDN) 52,88%, (Sumarno, 1998).

2.1.4.   Rumput Brachiaria (Bhachria Brizantha)
            Brachiaria brizantha berasal dari Afrika.Rumput Brachiaria brizantha adalah menggunakan pols, hidup ditanah struktur tanah ringan, sedang sampai berat.Brachiaria brizantha dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi, ketinggian 0 - 1200 m, curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun. Brachiaria brizantha ditanam pada jarak tanam 40 x 40 cm atau 30 x 30 cm, tergantung pada kesuburan tanah (Sutopo, 2000). Brachiaria brizantha termasuk rumput yang berumur panjang, pertumbuhannya membentuk hamparan vertikal dan horizontal yang biasanya mencapai tinggi 60-150 cm. Batang dan daunnya kaku serta kasar, rumput brachiariabrizantha baik digunakan sebagai rumput hay karena batangnya kecil sehingga mudah menjadi kering (Susilo, 2001). Brachiaria brizantha bersifat perennial, tumbuh membentuk hamparan.Batang beruas pendek berwarna merah tua kekuningan sampai keunguan.Daun lebar berbulu halus, tidak tahan injakan karena perakannya luas tapi dangkal (Reksohadiprodjo, 1985).Tumbuh pada ketinggian 0–1000 m dpl dan tumbuh baik pada berbagai jenis tanah.Rumput ini bersifat kurang tahan terhadap kekeringan sehingga memerlukan drainase yang baik.Responsif terhadap pupuk N dengan pH tanah yang dibutuhkan 6–7 (Siregar, 2002).


2.1.5.      Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Rumput signal memiliki cirri sebagai tanaman rumput gembalaan yang tumbuh menjalar dengan stolon membentuk hamparan lebat yang tingginya sekitar 30-45 cm, memiliki daun kaku dan pendek dengan ujung daun yang runcing, mudah berbunga dan bunga berbentuk seperti bendera Sutopo (2000). Jenis rumput ini tumbuh baik pada kondisi curah hujan 1000-1500 mm/tahun dan merupakan jenis rumput penggembalaan terbaik di Kongo(Tillman, 1991).





BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1       Waktu dan Tempat
                        Praktikum Hijauan Makanan Ternnak tentang Pengelolaan Tanaman Hijauan Pakan ini dilaksanakan pada Hari Minggu , 11 Oktober 2015 ,Bertempat di Fakultas Peternakan Universitas Mataram .
3.2       Materi Praktikum
3.2.1    Alat Praktikum
                        Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1.                   Alat tulis
2.                   Polybag
3.                   Pisau
4.                   Gunting
3.2.2    Bahan Praktikum
            1.Rumput , antara lain :
·         Rumput Gajah
·         Rumput Raja
·         Rumput mulato
·         Rumput paspalum
·         Rumput setaria
·         Rumput Benggala
·         Rumput Bintang
·         Rumput BH
·         Rumput Ruzi
2. Air , sebagai sumber unsure hara
3. Tanah , sebagai media tanam
4. Pupuk , sebagai unsure untuk mempercepat pertumbuhan
3.2.3    Metode Praktikum
                        Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1.      Mempersiapkan alat dan bahan praktikum
2.      Mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi tanaman hijauan
3.      Mengambil bibit tanaman rumput dengan pools (anakan)
4.      Menanam 10 pools rumput di dalam masing-masing polybag yang sudah berisi tanah subur
5.      Meletakkan semua polybag yang telah berisis rumput di tempat yang teduh
6.      Menyiram rumput setiap hari dan mencatat prtumbuhan setiap minggunya













DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta:                                                                        Yayasan Kanisius.
Anggorodi. 2010.  Hijauan Pakan Ternak. http://ilmuternakkita.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 06 Desember 2015
Akoso, B.T. 1996.  Kesehatan Sapi. Yogyakarta: Kanisius.
Edo. Hijauan Makanan Ternak. http://ediskoe.blogspot.com/?expref=next-blog. 2012. Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Indoagro. 2011.  Hijauan Pakan Ternak. http://indoagrow.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Kartadisastra, H.R. 1997.Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta: Kanisius. . 
Pratomo, B. 1986.Cara Menyusun Ransum Ternak. Yogyakarta: Poultry Indonesia. 
Reksohadiprodjo.2011.JenisPakanTernak.http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/ . Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Siregar, S.B. Ransum Ternak Ruminansia.  Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Sumarno, B. 1994. Penuntun Hijauan Makanan Ternak. Jawa Tengah: Inspektorat/ Dinas Peternakan Jawa Tengah.
Suyitman, dkk. 2003.   Agrostologi. Padang: Fakultas Peternakan Universitas Andalas.
Tillman, A.D. 1991.  Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.











ACARA II
PERKECAMBAHAN (GERMINASI)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan, karena prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula. Perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.
Germinasi/ perkecambahan merupakan proses metabolisme biji hingga dapat mengahsasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikula). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya yaitu, plumula dan radikula tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ISTA (International Seed Testing Association).
Tipe perkecambahan ada dua macam, tipe itu sebagai berikut.
a)      Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal) tipe ini terjadi, jika plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah, contoh: perkecambahan kacang hijau (Vigna radiata).
b)      Tipe perkecambahan di bawah tanah (Hipogeal) tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah. Contoh: Perkecambahan sorgum (Shorgum bicolor)
Biasanya aktivitas perkecambahan ditunjukkan oleh tumbuhan-tumbuhan yang berbiji. Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta (Yunani, sperma=biji , phyton=tumbuhan) merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas, yaitu adanya suatu organ yang berupa biji. Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Lembaga akan terjadi setelah terjadi penyer bukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan.



1.2  Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana cara melakukan perkecambahan dengan media tanam dari tissue dan nampan serta uji perkecambahan pada praktikum ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui persentase daya tumbuh dari benih
2.      Kecepatan berkecambah/indeks vigor + VJ dari benih
3.      Koefisien Vigor (VJ) dari benih

1.3  Kegunaan Praktikum
Setelah melakukan praktikum perkecambahan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan perkecambahan sendiri dengan media sederhana seperti perkecambahan dengan menggunakan nampan dan tissue sehingga mendapatkan gambaran pertumbuhan benih dengan mendekati kenyataan di lapangan, agar kebutuhan benih untuk luas lahan penanaman tertentu dapat ditentukan sebelum penanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan merupakan serangkaian proses penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh (Setyati, 1996). Daya kecambah benih adalah mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai (Kartasapoetra, 1989). Daya kecambah benih meningkat dengan bertambah tuanya biji sampai masak fisiologis biji tercapai (Kamil, 1983).

Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik (Kartasapoetra,1989).

Tipe perkecambahan benih ada dua macam yaitu hipogeal dan epigeal. Pada tipe kecambah hipogeal, kotiledon tetap tinggal di tanah, sedangkan pada tipe kecambah epigeal kotiledon terangkat keatas (Kartasapoetra, 1989). Biji legum termasuk tipe kecambah epigeal dimana kotiledonnya ikut terangkat ke permukaan tanah. Hal itu disebabkan karena pertumbuhan dan perpanjangan hipokotil kearah bawah tertambat ke tanah dengan akar-akar lateral. Hipokotil membengkok, bergeser dan muncul ke permukaan tanah (Sutopo, 1988).

Proses perkecambahan benih meliputi lima tahapan. Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua yaitu kegiatan sel-sel dan naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga adalah penguraian bahan-bahan seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan didaerah meristemmatik yang menghasilkan energi untuk kegiatan pembentukkan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Sutopo, 1988).

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan, Sedangkan faktor dari luar adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan media yang digunakan (Sutopo, 1988).

Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan disebut vigor benih (Sutopo, 1988). Bila benih berkemampuan tinggi menghasilkan tanaman normal pada kondisi tersebut maka benih itu mempunyai vigor yang tinggi. Benih bervigor tinggi jika prosentase vigor lebih dari 70% (Sadjad, 1994).

Umumnya kenormalan benih ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar primer, akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon, dan daun pertama yang tumbuh pada kotiledon atau koleoptil dan daun pertama yang tumbuh didalamnya (Sadjad, 1994).

Kriteria kecambah yang normal adalah kecambah yang mempunyai akar primer dan minimal mempunyai 2 akar seminal, hipokotil berkembang dengan baik tanpa ada kerusakan, pertumbuhan plumula sempurna, memiliki 2 kotiledon bagi tanaman dikotil. Adapun kekurangan lain yang masih dapat diterima untuk dinyatakan sebagai kecambah normal adalah hipokotil boleh sedikit rusak asal jaringan penting tidak terganggu fungsinya, dan mempunyai satu kotiledon untuk dikotil (Sutopo, 1988).

Kriteria kecambah yang abnormal adalah kecambah yang tidak mempunyai akar primer, jaringan hipokotil banyak yang rusak sehingga mengganggu pertumbuhan, tidak mempunyai kotiledon bagi tanaman dikotil, plumula berputar dan hipokotil membengkok (Kamil, 1983).


BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1.  Waktu dan Tempat
3.1.1. Waktu Praktikum
Adapun praktikum ilmu tanaman makanan ternak tentang perkecambahan ini dilakukan pada hari Kamis, 15 Oktober 2015
3.1.2. Tempat Praktikum
Adapun praktikum ilmu tanaman makanan ternak tentang perkecambahan ini diadakan di Laboratorium Hijauan dan Manejemen Padang Pengembalaan Lantai 2 gedung D Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

3.2.  Materi Praktikum
3.2.1. Alat-alat:
·      Nampan
·      Alat tulis
·      Gelas Pelastik
·      Mangkok besi
3.2.2. Bahan:
·      Biji Sorgum (Shorgum bicolor)
·      Air biasa dan hangat
·      Tissu

3.3.  Metode Praktikum
Adapun metode yang dilakukan dalam praktikum perkecambahan ini yaitu:
1.    Menyiapkan biji sorgum sebanyak 300 biji yang dibagi kedalam 3 buah nampan.
2.    Menyiapkan media tanam berupa tissue yang telah diberikan tanda berupa baris dan lajur untuk memberikan tanda pada biji.
3.    Memberikan perlakuan pada biji dengan cara 100 biji direndam dengan air hangat selama 15 menit dan 100 biji lain direndam dengan air biasa selama 30 menit serta 100 biji selanjutnya tidak diberikan perlakuan apa-apa.
4.    Membasahi media tanam dengan air secukupnya yang telah diletakkan pada nampan.
5.    Meletakkan biji pada media tanam sesuai dengan jarak yang telah diatur sebelumnya.
6.    Menyemprotkan biji dengan air hingga seluruh biji basah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.  Hasil Praktikum
(Tabel 1. pengamatan biji sorgum dengan perlakuan direndam air hangat)
Perlakuan
Pengamatan
Jumlah Biji yang Tumbuh
Gambar
Ke
Tanggal
Direndam air hangat
1
Jumat, 16 Oktober 2015
0

2
Sabtu, 17 Oktober 2015
2

3
Minggu, 18 Oktober 2015
10

4
Senin, 19 Oktober 2015
63

5
Rabu, 21 Oktober 2015
70

6
Kamis, 22 Oktober 2015
92


7
Minggu, 25 Oktober 2015
92


8
Senin, 26 Oktober 2015
92


            (Tabel 2. pengamatan biji sorgum dengan perlakuan direndam air biasa)
Perlakuan
Pengamatan
Jumlah Tanaman yang Tumbuh
Gambar
Ke
Tanggal
Direndam air biasa
1
Jumat, 16 Oktober 2015
0

2
Sabtu, 17 Oktober 2015
6

3
Minggu, 18 Oktober 2015
7

4
Senin, 19 Oktober 2015
27

5
Rabu, 21 Oktober 2015
50

6
Kamis, 22 Oktober 2015
70


7
Minggu, 25 Oktober 2015
82


8
Senin, 26 Oktober 2015
82


(Tabel 3. pengamatan biji sorgum tanpa perlakuan)
Perlakuan
Pengamatan
Jumlah Tanaman yang Tumbuh
Gambar
Ke
Tanggal
Tanpa perlakuan
1
Jumat, 16 Oktober 2015
0

2
Sabtu, 17 Oktober 2015
4

3
Minggu, 18 Oktober 2015
9

4
Senin, 19 Oktober 2015
15

5
Rabu, 21 Oktober 2015
35

6
Kamis, 22 Oktober 2015
72


7
Minggu, 25 Oktober 2015
79

8
Senin, 26 Oktober 2015
79


            Tabel 4. Tabel Persentase Daya Tumbuh Biji
Hari ke-
Pertumbuhan Biji
Tanpa Perlakuan
Direndam Air Hangat
Direndam Air Biasa
Jumlah
Persentase
(%)
Jumlah
Persentase
(%)
Jumlah
Persentase
(%)
2
0
0
0
0
0
0
3
4
4
2
2
6
6
4
9
9
10
10
7
7
5
15
15
63
63
27
27
7
35
35
70
70
50
50
8
72
72
92
92
70
70
11
 79
79
92
92
82
82
12
79
79
92
92
82
82



Tabel 5. Indeks Vigor dan Koefisien Vigor
Perlakuan
VJ (Indeks Vigor)
CV (Coefisien Vigor)
Tanpa Perlakuan
34,348
10,6
Direndam Air Hangat
53,296
11,36
Direndam Air Biasa
39,33
10,83








4.2.  Pembahasan Praktikum
Dalam kegiatan praktikum germinasi ini menggunakan biji Sorgum untuk menghitung persentase daya perkecambahannya. Diberikan tiga macam perlakuan pada biji yaitu dengan cara direndam dengan air hangat selama 30 menit, direndam air biasa selama 30 menit dan tidak diberi perlakuan apapun
 Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan hasil bahwa setiap perlakuan memiliki persentase pertumbuhan yang berbeda-beda. Perlakuan pertama yaitu dengan cara merendam biji dengan air hangat memiliki persentase yang paling tinggi yaitu 92% kemudian disusul dengan perlakuan menggunakan rendaman air biasa 82% dan yang paling rendah persentase tumbuhnya adalah tanpa diberi perlakuan 79%. Hal ini disebabkan karena perendaman dengan air hangat mampu mengikis dinding sel dari biji sorgum yang berada dalam keadaan dormansi dan memudahkan proses proses perkecambahan sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
Perlakuan kedua  yaitu dengan direndam dalam air biasa selama 30 menit. Perendaman aquades bertujuan perpindahan secara osmotik. Perpindahan osmotik ini terjadi akibat adanya perbedaan potensial air, yaitu dari potensial air yang tinggi ke potensial air yang rendah. Perlakuan merendam biji di dalam air yaitu mengkondisikan daerah di luar biji potensial airnya tinggi, sedangkan potensial air di dalam biji sendiri rendah. Maka akan terjadi perpindahan osmosis dari potensial air tinggi ke potensial rendah. Perpindahan ini akan mengakibatkan lapisan kulit biji yang bersifat keras akan lembek, sehingga yang semula biji tidak bisa berkecambah akibat terhalang lapisan kulit biji yang keras akan bisa melakukan fase differensiasi dan fase tumbuh. Perkecambahan biji tergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh .
        Sedangkan yang terakhir tidak diberi perlakuan apapun (dalam keadaan apa adanya) sehingga menyebabkan pertumbuhan biji dengan metode ini paling sedikit yaitu hanya 79% dari jumlah biji yang ditanam.
                 Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan benih dibagi menjadi dua yaitu faktor dalam dan faktor luar.
a.       Faktor dalam
1. Tingkat kemasakan biji
     Benih yang dipanen sebelum tingkat kemaakan fisiloginya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman biji yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkat demikian benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna.
2. Ukuran biji
     Didaam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan biji yang berukuran kecil
3. Dormansi
     Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable ( hidup ) tetapi tidak mampu berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormasi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, trgantung pada jenis benih  dan tipe dormansinya. Dormansi dapat disebabkan beberapa faktor anara lain impermebealitas kulit biji baik terhadap air atau gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang redimenter, “after ripening”, dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecamahan.
4. Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih, yang dikenal antara lain arutan dengan tingkatosmotik tinggi, misalnya larutan mannitol, larutan NaCl, herbisida, coumarin, auxin dan bahan lainnya.
b.      Faktor luar
1. Air
     Air merupakan salah satu syarat pentin bagi berlangsungnya roses perkecambahan benih. Dua faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat daribenih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang terdapat disekitar medium. Untuk menjaga kelembaban dalam kegiatan praktikum dilakukan penyiraman selama tiga kali sehari yaitu pada waktu pagi, siang dan sore.    
2. Cahaya
     Kebutuhan cahaya setiap benih berbeda-beda tergantung jenis tanamannya. Namun pada umumnyacahya dibutuhkan dalm proses foto sintesis untuk memproduksi cadangan makanan yang dbutuhkan selama roses perkecambahan berlangsung. Kegiatan praktikum sekaligus pengamatan dilakukan pada ruang yang tembus cahaya sehingga selama proses perkecambahan benih tetap mendapat asupan cahya yang cukup.
3. Medium
     Medium yang baik untuk perkecambahn benih haruslah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit, terutama cendawan “damping off”. Dalam kegiatan praktikum yangdigunakan sebagai medium adalah tissue karena isue mempunya kemampuan menahan air yang cukup baik untuk perkecambahan.
                 Dalam kegiatan pengamatan ditemukan adanya beberapa biji yang sudah tumbuh namun mengalami pembusukan hal ini di duga karena penyiraman yang terlambat dilakukan sehingga biji tersebut tidak mendapat asupan air yang cukup sehingga menyebabkan kebusukan. Adapun biji-biji yang tidak bisa tumbuh di diga karena kualitas dari biji tersebut sudah tidak memungkinkan untuk tumbuh lagi.
          Indeks Vigor merupakan kecepatan berkecambah. Yang dimaksud dalam hal ini yaitu jumlah benih yang berkecambah pada interval satu hari setelah dikecambahkan. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil yaitu VJ yang terbesar pada perlakuan direndam dengan air hangat sebesar 53,296 sedangkan Koefisien Vigornya (CV) sebesar 10,6%. Sementara itu perlakuan direndam dengan air biasa VJ sebesar 39,33 dengan CV sebesar 10,83%. Yang terakhir yaitu tanpa perlakuan hasil VJ nya sebesar 34,348 dengan CV sebesar 10,6%.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1.    Persentase perkecambahan biji sorgum dari perlakuan direndam dengan air hangat, direndam air biasa dan tanpa perlakuan secara berurutan yaitu 92%, 82%, dan 79%.
2.    Indeks Vigor yang terbesar yaitu dengan perlakuan direndam dengan air hangat yaitu sebesar 53,296 dengan Koefisiem Vigor yaitu 11,36%
3.    Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biji dibagi menjadi dua yaitu faktor dalam dan faktor luar. Yang termasuk faktor dalam adalah  tngkat kemasakan biji, ukuran biji, dormansi dan penghambat perkecambahan. Sedangkan yang tergolong kedalam faktor luar adalah air, cahaya dsn medium.

5.2.  Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu sebaiknya para praktikan melengkapi data-data nya dengan baik dengan cara melakukan pengamatan yang rutin sehingga dalam proses pengumpulan data menjadi mudah.



DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2010. Glysine Max. http://www.indonesia.tropicalforages.info (Diakses pada hari Selasa  tanggal 6  Desember 2015 pukul 18.30 WITA).

Kamil, M. 1983. Tingkat Kesuburan Tanah untuk Pertanian Tropika. CV Rajawali, Jakarta.

Kartasapoetra. 1989. Teknik Benih. PT Bina Angkasa, Jakarta.

Sadjad, S.D. 1994. Teknologi Pembenihan Hijauan. PT Angkasa, Bandung.

Setyati, S.H. 1996. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi, Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.

Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.

Wahyu M.Q. 1991. Pengantar Ilmu Makanan Ternak. Angkasa, Bandung.

McWilliams, D.A., D.R. Berglund, and G.J. Endres. 1999. Corn growth andmanagement quick guide.www.ag.ndsu.edu. (diakses pada hari Selasa  tanggal 6  Desember 2015 pukul 18.30 WITA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar